top of page

FAQ Seputar Sidik Jari Kepribadian

Ditulis oleh:  Dedi Priadi

 

Apakah pola sidik jari seseorang berubah?

Pola sidik jari seseorang tidak berubah, sejak orang itu lahir hingga orang itu meninggal. Pemahaman ini diyakini mayoritas ilmuwan peneliti sidik jari (dermatoglyphist) di dunia, dari mulai Francis Galton di akhir abad sembilan belas, hingga Henry Cummins di abad dua puluh. 

 

Pemahaman di atas terus berkembang, hingga beberapa tahun terakhir berkembang pemahaman baru, bahwa pola sidik jari itu sebenarnya berubah! Ya, pola sidik jari Anda sebenarnya berubah. Hanya saja perubahannya terjadi sebelum Anda dilahirkan. Persisnya, ilmuwan menemukan bahwa telah terjadi perubahan pola sidik jari manusia at least hingga usia 16 minggu setelah pembuahan (gestation). Selepas 16 minggu pembuahan, pola sidik jari manusia bergerak ke kesetimbangan yang berakhir kepada ketetapan pola sidik jari hingga seorang manusia meninggal dunia

 

Mengapa pola sidik jari manusia ‘menetap’ pada usia janin 16 Minggu setelah pembuahan?

Ilmuwan tidak tahu pasti, mengapa perubahan pola sidik jari itu terjadi 16 minggu setelah pembuahan (gestation). Sudah ada penelitian tentang ini, tetapi tetap tak menjawab pertanyaan esensial di atas. Saya lebih tertarik menjawab pertanyaan ini dalam perspektif keagamaan. Dalam literatur keagamaan disebutkan, bahwa manusia dicipta dari sperma yang tersembur (nutfah), kemudian menjadi segumpal darah (mudghah), lalu menjadi  menjadi …..(‘alaqah), hingga akhirnya ditiupkan ruh Tuhan (ruhullah) ke dalam tubuh janin itu. Beberapa riwayat keagamaan menyebutkan, ruh Tuhan itu ditiupkan setelah janin itu berusia 16 minggu (4 bulan). Tak heran, di Indonesia berkembang tradisi empat bulanan sebagai pertanda syukuran atas telah ditiupkannya ruh Tuhan ke dalam tubuh si jabang bayi yang tengah dikandung. Wallahu a’lam.

 

Apa makna ditiupkannya ruh Tuhan kepada janin saat 16 minggu setelah pembuahan?

Terkait ruh Tuhan yang ditiupkan ke tubuh janin, saya memaknai bahwa saat itu setiap janin menerima limpahan karakter lahir (inborn characters) yang merupakan perpaduan karakter dasar, capaian spiritual, serta kondisi kejiwaan kedua kedua orang tua si janin, terutama terkait perpaduan sesaat sebelum pembuahan itu terjadi hingga 16 minggu setelah pembuahan.

 

Bisakah melakukan assessment untuk mengetahui kepribadian seseorang melalui analisis sidik jari kepribadian PRIADI Psychological Fingerprints (P2F)?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas,  saya tertarik untuk membedakan secara tegas terlebih dahulu antara assessment yang mengukur kemampuan (ability) seseorang yang terpaku pada data kuantitatif seperti tes kecerdasan (IQ, intelligence quotient; IST, KABC, Stanford Binet, dll ) dan assessment yang mengukur karakter dan kepribadian yang bersandar kepada data kualitatif seperti tes kepribadian (EPPS, Myers-Brigg, dll). 

Analisis sidik jari PRIADI Psychological Fingerprints (P2F) tidak bisa mengukur kemampuan (ability) seseorang, tetapi analisis P2F dapat menangkap pola kepribadian ataupun karakter bawaan seseorang secara komprehensif, misalkan memetakan pola emosi, kepemimpinan, ketegasan, serta constructs karakter lainnya.

 

Analisis kepribadian mana yang lebih baik, melalui kuesioner atau sidik jari P2F?

Analisis kepribadian melalui kuesioner mengukur kondisi kepribadian sekarang (current personality) seseorang yang dipengaruhi oleh empat komponen utama: sifat bawaan, akumulasi kepribadian lingkungannya (accumulative environment; sekolah, tempat bekerja), kondisi kejiwaan saat tes berlangsung, serta tujuan tes kepribadian itu (untuk kepentingan pribadi atau keperluan career assessments).

 

Riset membuktikan,  tujuan sebuah tes kepribadian menjadi sumber utama kurang valid-nya hasil tes kepribadian. Banyak  testee yang dites kepribadiannya untuk tujuan career assessment melakukan kebohongan dan pemalsuan fakta secara sistematis. Ini biasa dikenal sebagai faking assessment. Faking assessment karena disebabkan sekurang-kurangnya karena dua hal mendasar: (1) peserta tes dengan sengaja mengisi kuesioner dengan fakta yang bukan sebenarnya, dan (2) peserta tes menilai dirinya melebihi dari keadaan dirinya sebenarnya (perception bias).

 

Sementara sidik jari P2F menganalisis kepribadian seseorang berdasarkan pola bawaan yang dibawa sejak lahir. Sidik Jari P2F tidak mengalisis kondisi terkini peserta, juga kondisi kejiwaan peserta karena pengaruh lingkungan. Sehingga menjadi jelas, hasil analisis sidik jari kepribadian P2F akan lebih spesifik kepada sifat bawaan seseorang, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mood hari ini, akumulasi pembelajaran dari lingkungan, bahkan terkait masalah tujuan tes kepribadian itu sendiri.

 

Letak perbedaan signifikan inilah yang menjadi kekuatan utama keunggulan analisis sidik jari P2F dibandingkan analisis kepribadian berbasis kuesioner. Riset behavior genetics mengungkapkan, terdapat hubungan yang kuat antara pola kepribadian orang tua dengan anaknya, sedemikian kuatnya hubungan in --- bahkan pada beberapa facet kepribadian—sangat kuat sehingga meminimkan pengaruh factor lingkungan secara signifikan, seperti misalnya terkai facet kompetensi emosi dan ketegasan.

 

Bagaimana posisi analisis sidik jari P2F dalam career assessment?

P2F bukan alat tes formal Psikologi, kedudukannnya dalam proses career assessment adalah sebagai second opinion yang melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh alat tes formal, seperti yang telah saya uraikan sebelumnya. Khusus untuk keperluan career assessment di korporat dan lembaga pemerintahan, analisis sidik jari P2F ditawarkan secara paket dengan jasa konsultasi. Konsultasi dilakukan langsung bersama saya atau dengan konsultan terlatih.

 

Benarkan sidik jari P2F bisa menjadi “mesin kecerdasan”?

Tidak ada sidik jari “mesin kecerdasan.” Seperti yang telah saya uraikan, sidik jari P2F tidak mengukur kemampuan (ability), kami menganalisis karakter bawaan seseorang (inborn potential). Sehingga tidak benar ada istilah sidik jari “mesin kecerdasan.” Beberapa penyedia jasa sidik jari kepribadian, menggunakan istilah “mesin kecerdasan” – suatu tag line yang sesungguhnya sangat rancu dan keluar dari prinsip dasar keilmuwan. Saya meyakini, analisis sidik jari P2F yang kami lakukan tidak keluar dari rambu keilmuan yang diyakini, dengan keterbatasan dan keunggulan tersendiri seperti yang telah saya uraikan sebelumnya. Analisis sidik jari bukan segalanya, tetapi bukan juga sesuatu yang tanpa manfaat. P2F adalah second opinion yang layak menjadi acuan sebagai pembanding tes kepribadian formal.

 

Apakah sidik jari P2F sama dengan Feng Sui?

Sama sekali tidak sama. Anda bisa cek pada laporan sidik jari P2F, analisis dan pemaparannya dilandaskan prinsip kehati-hatian yang berdasar dan ilmiah. Bahkan penggunaan dan pemilihan kata (diksi) di dalamnya mengacu langsung kepada standar klinis yang tepat dan jauh dari pemilihan kata yang sensitif, dan cenderung mematikan potensi bawaan peserta tes.

 

Kami tak melebihkan-lebihkan kekuatan Anda, tidak juga merendahkan kekurangan Anda. Kami tak memvonis Anda karena kelemahan facet kepribadian Anda, pun tak membuat Anda jumawa karena kelebihan potensi bawaan yang Anda miliki. Kami ingin selalu adil, moderat, dan optimis dalam menilai potensi manusia. Manusia berhak maju karena usahanya, manusia berhak maju karena pilihan tindakannya. Biidznillah, dengan Kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

 

Memang, beberapa brand name penyedia jasa analisis sidik jari di Indonesia sangat kuat dipengaruhi Feng Sui. Tapi sidik jari P2F jauh dari pengaruh Feng Sui.  Analisis kami runut, komparasi kami teratur, dan penilain kami argumentatif.

 

Bagaimana menilai baik tidaknya sebuah produk analisis sidik jari?

Kenali otoritas pembuatnya. Telusuri rekam jejak penelitiannya. Dan pastikan, sang pembuat memiliki background yang cukup sehingga dia memiliki otoritas dan pengalaman yang cukup untuk melakukan human potential assessment secara komprehensif. 

 

@DediPriadi

 

 

bottom of page